Saya bukan penggila kopi sejati.
Tapi saya penikmat. saya juga lupa kapan pertama kali saya jatuh cinta pada
minuman universal ini. Yang saya ingat sewaktu kecil, Ayah sering memberikan
sesendok teh kopinya di pagi hari untuk saya. Katanya supaya terhindar dari
step kalau-kalau saya terserang demam tinggi. Begitu ceritanya.
Sampai beranjak remaja, kemudian
nyaris dewasa, tanpa disengaja, dimana ada saya didekat situ akan selalu ada
kopi. Saya tahu tidak baik mengkonsumsi kafein terlalu sering, tapi.. seperti
seseorang di seberang sana bilang, itu karena kopi mengandung zat adiktif.
Dulu bagi saya, kopi hanya sekedar
rasa. Saat kumpul keluarga minum kopi bersama-sama, hang out ke mall juga
mampir ke coffee shop, ya sekedar penikmat saja. Dan disaat-saat kebersamaan,
ice coffee sampai blended cream coffee adalah sahabat karib.
Tapi beranjak mengenal apa itu
“rasa” lebih dalam, saya bukan sekedar jatuh hati pada rasa kopi, tapi juga
kafein yang menjaga saya sepanjang malam.
Mungkin juga sudah merambah sampai
ke sugesti, tapi sekali lagi semua itu berawal dari yang mereka sebut dengan
patah hati. Waktu malam-malam sulit harus saya seberangi, disana ada kopi dan
musik yang menjadi pengawal saya. Saat khayalan-khayalan berpadu dengan ilusi,
kopi menyadarkan saya sepanjang malam.
Dari situ pula saya jadi senang
menganalogikan cinta saya ke dalam apa yang kita kenal dengan kopi. Mungkin
sudah banyak jenis kopi yang saya coba, dari yang saya beli di warung tepi
jalan, kios sederhana, sampai kafe sosialita sekalipun. Pada dasarnya semua
sama, dari kopi saset, sampai long black coffee yang saya tidak pernah mengerti
kenapa bisa seenak itu.
Tapi dari semua jenis kopi, yang
terakhir saya coba adalah kesukaan saya. Luar biasa. Kental,
pekat, jujur, dan ngga basa-basi, khusus orang yang benar-benar ‘minum kopi’.
Saya ngga tau sampai kapan saya
akan minum kopi, sampai kapan saya bisa berhenti. Saya berjumpa dengan banyak
ketenangan dalam setiap teguk kopi, ada harapan bahwa saya akan lebih lama
terjaga. Ada filosofi pekerja keras dalam secangkir kopi panas.
Sepenggal alasan yang bisa saya
ceritakan mengapa saya begitu suka dengan kopi. Kopi tetap enak mau diminum
hangat ataupun dingin, kopi manis ditengah-tengah kepahitannya, kopi menjaga
saya sepanjang malam dari kelelapan, sama seperti saat saya minum kopi.. saya
ingat kamu, tetap indah meski suka dan duka, tetap ada cinta ditengah-tengah
luka, dan selalu mampu membuat saya terjaga sepanjang malam, dan itu semua
selalu menyenangkan. Saya tidak menggilai, tapi sangat menikmati hingga jatuh
hati.
Kalau saya bisa pilih, kamu jenis
kafein yang paling saya suka, hanya ada satu di dunia, walau bukan punya saya..
itu saja :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar