Selasa, 23 Juli 2013

Mimpi dalam Cita-cita ;)

Sudah lama ternyata tidak berbagi disini. Rindu juga menulis, rindu berkata-kata melalui bahasa tulisan, rindu bercengkrama dengan kenangan-kenangan (mungkin agak sedikit lebay ya)hehe. Ya maklum, the Director lagi sibuk mempersiapkan masa depan hehehehe. Masa-masa orientasi cita-cita, masa-masa intensif mengatur strategi masa depan, jadi sedikit banyak waktu tersita untuk bersantai. Tersita pula waktu untuk menulis tentang dia disini :)
Sibuk. Satu kata sejuta rasa. Katanya sih, Cinta, itu yang satu kata sejuta rasa, tapi ngga gitu deh kayaknya. Cinta, satu kata, dua rasa. Kalo ngga bahagia, ya merana. Selesai. Lah kalo sibuk? Speechless dulu deh. Sibuk nyari tempat kuliah, sibuk planning buat ngerefresh otak, sibuk berencana, sibuk berusaha menuruti keinginan orang tua. Juga sibuk menjaga kesehatan. Dan sejauh ini, itu adalah hal yang paling sulit.
Akhir-akhir ini sering jatuh sakit tanpa alasan yang jelas. Pola makan teratur, konsumis makanan yang sehat pula, tidur juga baik-baik aja, well.. perasaan hati juga ngga ancur-ancur amat. Kenapa ya? Sampe akhirnya muncul satu statement dari si Ayah “jangan terlalu banyak mikirin masa depan, jalani, pasti dapet sesuai harapan….”
Kalimatnya sederhana, sepenggal, tapi bikin hening panjang. Ternyata saya terlalu memikirkan, terlalu sibuk, dan digabung jadi terlalu sibuk memikirkan masa depan yang tinggal selangkah lagi. Satu tahun kedepan, 2013, sudah sangat dekat untuk diraih. Kalo dulu saya pernah mengutarakan masuk IPB adalah impian saya…. Saya sepertinya harus segera bangun. Berulang kali juga saya ceritakan, si Ibu yang kurang setuju bahkan tampaknya berusaha supaya saya ngga sekolah disana. Entahlah. Mungkin karena melihat saya yang masih susah berajak menegrjakan sesuatu hal sendiri, tapi dibandingkan adik saya, saya adalah anak yang paling bisa dibilang mandiri. huft...
Dipertengahan, pemikiran saya sedikit lebih terarah. Saya tahu, saya anak pertamal, mereka, sebagai orangtua menaruh prestisnya hanya pada saya. Jadi kalo cuma itu saya ngga bisa penuhi, saya merasa berdosa. Dengan segala pertimbangan, bersikeras, doa, akhirnya saya meletakkan IPB sebagai opsi terakhir. Berat memang. Ditambah lagi yang harus saya penuhi adalah keinginan mereka supaya saya masuk Sekolah Tinggi Administrasi Negara, Sekolah Tinggi Ilmu Statistikdan Perguruan Tinggi Negeri yang mudah dijangkau.
Waktu-waktu yang tergolong singkat ini, saya pergunakan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Saya ngga mau asal tembak PTN mana yang akan saya tuju, syukur kalo keterima, terus ditengah jalan ngga suka? Saya rugi waktu, orangtua saya rugi  biaya. Mungkin secara financial masih bisa dicari lagi, tapi waktu…. saya minta kembalian 3 tahun lalu sama Allah aja ngga dikasih sampe hari ini :)
Akhirnya ketemu juga PTN yang kira-kira tidak begitu jauh dari cita-cita saya sebagai seorang yang dapat memberi masukan/jalan keluar kepada oranglain, yuuppp Bimbingan & Konseling. Ya…. Minimal kita masih tinggal di dalam satu lingkungan yang sama, lingkungan yang bekerja di lapangan. Sepengetahuan saya walau dalam bentuk apapun, selalu menyenangkan. Dan saya percaya, apa yang saya pilih, yang saya perjuangan, yang saya gumuli ini, akan menjemput akhir yang sangat menyenangkan pula sesuai harapan saya, keinginan orangtua, dan penyertaan Allah. Saya percaya.
Rencana saya, saya akan melupakan kata “operasi” untuk beberapa waktu kedepan sampai bisa masuk, resmi menjadi mahasiswi. Saya harus berusaha keras, sangat keras, berjuang, karena saya sadar saya bukan orang yang jenius, bukan anak orang kaya, juga bukan berasal dari SMA yang bagus-bagus amat bahkan memungkinkan memberangkatkan saya ke PTN tersebut. Tapi sekali lagi, ketika saya berencana sama Allah, saya percaya Dia sudah tahu kapan dia bilang “Cut” dan “membungkus scene” itu
Banyak tantangan kedepan yang sudah pasti harus saya hadapi. Dan yang paling besar adalah, diri sendiri. Kesungguhan, totalitas, itu kawan yang paling sulit diajak berkompromi. Tapi dibalik semua ini, yang saya kejar adalah membanggakan kedua orang tua juga keluarga saya, membanggakan sahabat-sahabat saya yang selalu ada disamping saya dalam keadaan susah maupun senang dan membuat diri saya pribadi menjadi sosok wanita yang lebih kuat…. karena apa? karena jurusan ini sangatlah berputar balik dengan keadaan saya jadi saya harus memulai untuk menggurui diri saya sendiri :) karena saya percaya, kisah kita mampu menginspirasi jutaan orang diluar sana. Saya berencana, saya percaya, Allah mendengar Doa kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar